"Lama juga tidak mampir ke tempat ini yaa..."
Tempatnya tidak banyak berubah siy, keadaanya juga masih sama, teman-teman yang datang pun juga masih sama "itu-itu" saja...xixixixi...

Entah kenapa malam ini ada keinginan untuk mampir ke tempat ini yaa?? apa mungkin karena banyak cowok-cowok keren di tempat ini... ;D
   "ahh!! enggak juga siyy......"  hwehehee... (mudah-mudahan yang baca tidak ada yang tersinggung)....   xiixixixi... ;p
   "ato mungkin karena di sana dapat makanan gratis yaa.." xixiixixi...
   "ato mungkin...?????"
   "ehm... Apa yaaa????....  hwehheee... aku masih belum bisa menemukan jawabanya..
Yang pasti malam ini aku pergi tanpa beban, tanpa perasaan harus memenuhi janji "kesanggupan datang pd seseorang" xixixi.. karena itu sangat berat bagiku. Kali ini aku pergi hanya bermodal mengikuti hati bukan janji.

           Malam pun semakin larut, pembicaraan pun semakin mendalam dan semakin menggalih iman. Aku mulai mengerti jawabannya tapi masih ragu... hwehehee.... "Mungkin, aku datang karena meluangkan waktu" (bukan mengisi waktu luang). Mungkin ajakan itu yang membawaku ke tempat ini. Mampir sebentar, meluangkan waktu untuk berbagi pengalaman iman, mengasah kepekaan hati, menghentikan sejenak aktivitas di luar jam kerja "Side Job" yang kadang menyita waktu untuk pribadiku sendiri. :(

          Semakin malam, semakin kusadari, ternyata tak hanya meluangkan waktu saja  yang membawaku pergi ke tempat ini, tapi karena adanya kerinduan. Rindu menemukan makna tentang hidup. Hidup yang di kehendaki Tuhan. Rindu belajar mengolah rasa, mencari apa yang sebenarnya hendak Tuhan katakan lewat pelbagai peristiwa yang menimpa negeri ini. Hari ini memasuki masa Adven ke empat dimana Natal semestinya dirayakan dengan sukacita karena Juru Selamat telah lahir. Namun, Natal tahun ini (seperti tahun-tahun sebelumnya) kita rayakan dengan sukacita sekaligus keprihatinan akan kondisi bangsa yang tak juga lepas dari multikrisis.

          Setelah rentetan bencana, kita menyaksikan betapa penegakan hukum di Indonesia ternyata baru sebatas niat dan kehendak, belum sampai pada penerapan yang tegas dan berwibawa. Hukum kita diinjak-injak dan dipermainkan oleh segelintir orang yang memiliki harta dan kekuasaan.

          Lantas, kita juga menyaksikan tragedi "pembiaran negara" terhadap anak bangsa yang sedang mengadu nasib di negeri orang sebagai TKI. Lagi-lagi "negara absen" dalam melindungi warga negaranya sendiri.

         Malam ini tidak ada yang istimewa, tapi aku belajar menemukan makna apa yang terkandung dalam aneka peristiwa menjelang Natal ini. Belajar untuk lebih bersyukur agar tidak serakah seperti "mavia pajak" di negeri ini. Kalau kita selalu mensyukuri apa yang telah kita miliki, kita tidak akan merasa kekurangan. Bisa-bisa yang muncul hanya rasa berkelimpahan. Kalau sudah sampai memiliki rasa seperti itu, kita akan dengan mudah memberi dan berbagi bukan mengurangi. Satu hal yang masih tersimpan di ingatan adalah belajar untuk tidak melekatkan diri pada harta duniawi dan belajar untuk semakin peka terhadap penderitaan sesama (ikut merasakan sakit yang dialami korban dan tergerak untuk menolong karena dorongan rasa kemanusian bukan menolong karena ada udang di balik batu "membesarkan nama").

    "ehh... iyaaa.... satu lagi yang utama yaitu memiliki Kasih". Kasih itu tidak memaksakan diri pada orang lain. Kasih itu kemurahan pada semua orang. Kasih itu berbuat baik kepada semua orang tanpa memandang bulu. Kasih tidak cemburu pada apa yang orang lain miliki, hidup sederhana tanpa mengeluh. Kasih tidak membesar-besarkan diri sekalipun kasih dapat mengalahkan semua orang lain. Kasih tidak menuntut ketaatan. Ketaatan dari sang Anak, namun sang Anak secara sukarela menaati BapaNya di surga.

”Dunia tahu, bahwa Aku mengasihi Bapa dan bahwa Aku melakukan segala sesuatu seperti yang diperintahkan Bapa kepada-Ku(Yohanes 14:31). Kasih selalu memperhatikan kepentingan orang lain.

          Gambaran singkat mengenai kasih ini mengungkapkan hidup yang tidak mementingkan diri sendiri, sesuatu yang bertentangan dengan hidup mementingkan sendiri dari dunia ini. Yang luar biasa, Tuhan telah memberikan kepada mereka yang menerima AnakNya, Yesus, sebagai Juruselamat mereka dari dosa, kemampuan untuk mengasihi sebagaimana Dia mengasihi. Dia memberikan ini melalui kuasa Roh Kudus. Kelahiran Kristus semestinya bisa menjadikan kita sebagai Pembawa Pengharapan, Pembawa Sukacita dan Pembawa Damai. Kehadiran-Nya mengajak kita untuk tetap hidup dalam kesederhanan dan menjadi orang baik yang mau bertindak jika ada ketidakadilan. Banyaknya kejahatan karena banyak orang baik tidak perbuat apa-apa.







warmest regards,    
 Devi Ariyani        








Beberapa kalimat dikutip dari Jumatan Bengawan Komisi Kepemudaan Keuskupan Surabaya dan www.gotquestions.org/indonesia/Allah-adalah-kasih

0 komentar: